Rabu, 26 Oktober 2011

PUISI-PUISI UNTUK SANG PANGERAN

Awal Kita Bertemu

Malam mendekap pekat bayangmu
Di depan jingga yang membalutku
Kau yang hitam penuh misteri
Tak terjangkau oleh mata pendar
Siapakah kau?

Hari itu, sore itu
Jalan itu membawaku pada hamparan pasir
Tetap saja hitam
Hanya sedikit bayangan putih terperca
Hingga mentari malu dan benamkan wajahnya
Kembali, jalan itu menjala sebuah tanya
Siapakah kau?

Kadang hitam, kadang putih
Tak terjawab

                                                          By: Leesha


 
Indahnya Hari Itu

Serpihan terik itu memerahkan wajahku
Tak terduga
Hitam putih itu menunggu
Tersipu aku di dalam abu-abu

Jalan berputar, mengejar dan berdetik
Surya kian menjulang
Membawa jiwa bertemu Tuhan
Berdoa untuk detik hari itu

Mulai...
Menjelajah ruang hiruk pikuk
Dalam mesranya keramaian
Dalam derap suara musik
Menculik sisi diri yang hilang
Dan aku, terbelenggu

Langkah ini tak terhenti
Haus mencekik dalam daratan itu
Daratan keindahan makhluk-makhluk Tuhan
Kau pun di dalam nya
Di dalam seteguk teh madu
Sejuk di kala senja

                                                                   By: Leesha



Terbelenggu Waktu

Tersorot biru langit tak berawan
Aku tersadar
Aku tak berdiri di sana lagi
Lingkaran lalu lalang roda-roda menjangan
Tempat berharap, kau singgah

Kepulan asap hitam
Itu yang kini ku tatap
Membeku dalam ruang panjang
Menunggu hangatnya matamu
Hingga ku terlelap

Waktu terus membelenggu
Aku pun membisu
Tak bisa hentikan roda-roda besar itu
Roda yang membawaku pergi
Membuatmu hanya sekedar fiksi bagiku

By: Leesha


Jauh

Aku berlari
Dengan baja di kaki hatiku
Malam menjerujiku
Bising angin menahanku
Dan aku membisu di jalan tak berpangkal

Fajar menopang kegundahan
suaramu berdenging merdu
melepas rantai pilu
kau yang tak terjangkau
kau yang tak tersentuh
sendu aku membawa bayangmu
berhujan rindu di sudut mataku

jarak itu terdiam hampa
jauh
jauh
jauh
dalam jauh aku memelukmu

By: Leesha


Cinta

Bahagia sang bunga mekar
Merona memecah rindu
Terpercik segarnya aroma
Cinta.

Melambung melayang memeluk bulan
Menangkap bintang yang bertaburan
Gundah musnah
termakan indah
Cinta.

Bisu, diam, termangu
Senyum simpul terpencar
Angan menelusup
Terpaku nikmatnya
Cinta.

By: Leesha            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar