Minggu, 20 November 2011

Jakarta Kota Pujangga



Goresan kabut hiasi suasana
Pagi, siang, malam tak berbeda
Hilir mudik kebisingan
Kepulan hitam para penjelajah
Menebar aroma keriuhan

Goresan jiwa bertalu-talu
Menjejali alur pencakar langit
Menerobos panasnya sang surya
Menanti pena Tuhan bergerak indah
Hingga berjalan kaki terasa terbang
Hingga mendung berwarna pelangi
Hingga hati tersenyum, berseri

Goresan hidup bermozaik
Bertebaran mengumpulkan kata syahdu
Membentuk kalimat-kalimat mimpi
Singgah dalam satu titian pena
Jakarta
Kota para pujangga

Different in me


Hati yang beku telah mencair
Terketuk oleh sebuah senyuman
dalam raut wajah kecil
yang ingin selalu kupandang

Kurasakan sejuknya embun dimalam berbintang
Tanpa sadar senyumku terkembang melayang
Menelusup ruang terdalam
Menggema memecah sepi

Hari itu kala itu
Satu hari yang tak terselesaikan
Berjalan dalam kekakuan laku
Membuatku berbeda dari biasanya
Membuatku gila sejenak karna tatapannya